Adabeberapa tanda yang bisa kita temukan dalam hidup orang yang berkemenangan bersama Tuhan Yesus berdasarkan Filipi 4:4-7, yaitu: 1. Selalu bersukacita di dalam Tuhan. Rasul Paulus menulis dalam pimpinan, tuntunan, bimbingan dan arahan Roh Kudus tentang hal itu dalam suratnya kepada jemaat di kota Filipi demikian: "Bersukacitalah senantiasa
Berjalanbersama Tuhan adalah sebuah keputusan. Seperti halnya Israel dibawah kepemimpinan Musa mengikuti Tuhan, sebagai penuntun, dan pemelihara hidup mereka. Allah juga telah memilih dan mengkhususkan Israel sebagai sebuah bangsa pilihan Allah. Allah telah mengikat janji dengan nenek moyang mereka Yakni Abraham, Ishak dan Yakub.
Musamenolak untuk pergi tanpa pimpinan Tuhan walaupun Tuhan menjanjikan akan mengutus seorang malaikat untuk mengalahkan musuh-musuh mereka. Musa mengetahui bilamana Tuhan tidak menyertai mereka maka mereka tidak akan memiliki kebahagiaan meskipun berhasil masuk ke tanah perjanjian. Bagi Musa, tanpa adanya hadirat Tuhan percuma saja memiliki
Fast Money. Ilustrasi orang berdoa umat katolik. Foto ShutterstockMinggu 11/6/2023, umat Katolik di seluruh dunia serentak merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Peringatan hari spesial ini dikenal juga dengan sebutan Corpus Christi yang dirayakan untuk menghormati sakramen ekaristi atau perjamuan Raya Tubuh dan Darah Kristus memberikan kesempatan bagi umat Katolik untuk merenungkan dan menghargai kehadiran Yesus Kristus. Hari spesial ini diperingati setiap tahun pada hari Kamis setelah Hari Raya Tritunggal dari situs Catholic Culture, pada perayaan ini umat Katolik memuliakan ekaristi sebagai sakramen yang diberikan Yesus kepada murid-Nya di perjamuan terakhir. Ekaristi tersebut menjadi inti dari ibadah Misa, terdapat roti dan anggur yang dikonsekrasikan oleh imam menjadi tubuh dan darah Kristus. Agar bisa memaknai perayaannya, simak penjelasan lengkap tentang Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus berikut Hari Raya Tubuh dan Darah KristusIlustrasi anak berdaoa bersama alkitab katolik. Foto Shutter StockHari Raya Tubuh dan Darah Kristus merupakan momen yang tepat bagi umat Katolik untuk menghormati dan merayakan kehadiran Kristus. Umat Katolik percaya bahwa dalam sakramen ini, Yesus hadir secara nyata dalam bentuk yang ini seringkali diwarnai dengan prosesi Ekaristi, di mana komunitas berjalan bersama dengan hosti yang telah dikonsekrasikan. Kemudian, mereka mengiringinya dalam doa dan ini menggambarkan iman yang kuat akan kehadiran Kristus di dalam Ekaristi. Dalam prosesinya, umat Katolik memperlihatkan penghormatan dan kesetiaannya kepada Raya Tubuh dan Darah Kristus telah menjadi tradisi yang kaya dalam Gereja Katolik. Perayaan ini pertama kali diperkenalkan oleh Uskup Liege, Santo Yulius I pada tahun perayaan ini menyebar dengan sangat cepat ke Gereja Katolik seluruh dunia. Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus menjadi perayaan yang sangat dihormati oleh umat beragama Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini tidak terlepas dari kisah Yesus bersama para mengajak mereka yang baru kembali dari tugas perutusan ke tempat sunyi bernama hari mulai malam, para murid meminta Yesus menyuruh orang banyak agar pergi membeli makanan dan mencari penginapan ke desa-desa sekitar. Yesus menantang para murid menanggapi kebutuhan orang yang telah diutus harus terlibat lebih nyata dalam pelayanan Yesus. Para murid tidak tahu harus berbuat apa, sebab mereka hanya memiliki lima roti dan dua ekor ikan sebagai bekal katolik. Foto pixabayYesus mengambil roti dan ikan itu, menengadah ke langit, mengucap berkat, memecah-mecah dan membagikannya. Dia menyediakan makanan bagi orang banyak hanya dari lima roti dan dua semua makan sampai kenyang dan masih ada sisa 12 bakul, lambang kelimpahan berkat Allah. Ini adalah lambang ke-12 suku Israel yang akan dilayani oleh para ini dimaksudkan untuk mengajarkan sesuatu yang berkaitan erat dengan misi perutusan. Dijelaskan dalam Majalah Keuskupan Agung Medan Tahun ke-41, para murid diajarkan untuk berbagi dengan orang yang berkat Yesus, lima roti dan dua ikan cukup untuk bekal banyak orang. Jumlah yang sedikit tersebut bisa menjadi sebuah kelimpahan di tangan Tuhan karena dibagikan secara Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus diperingati?Apa makna perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus?Apa nama lain Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus?
đź“–Mazmur‬ â€90‬â€10‬“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Kita mungkin sering mempersiapkan semasa hidup saat ini di bumi seperti asuransi jiwa, warisan dan lain sebagainya. Tapi, pernahkah kita mempersiapkan kehidupan setelah kita meninggalkan hidup di bumi ini? â€â€Kita menyadari bahwa hidup ini singkat, yang dinyatakan akan hilang lenyap, kiranya dapat kita jalani dengan penuh makna. Berjalan bersama dengan TUHAN, membuat kita siap dalam segala keadaan sehingga kematian bukan momok yang ingin dihindari oleh setiap orang, tetapi merupakan jalan kehidupan kekal yang telah disediakan Tuhan bagi kita. Misi Berjalan bersama TUHAN Doa Tuhan, kami sering kali masih takut ketika memikirkan bagaimana akhir hidup kami, tetapi kami percaya berjalan bersamaMU akan menguatkan iman dan percaya kami sehingga kami tidak merasa takut lagi tetapi lebih mengarahkan hidup kami untuk kemuliaan namaMU. Didalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin. Gambar/ilustrasi/cover Disusun oleh Tim Task Force Doa & Konseling Kristen Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia MPK Indonesia Pedalaman Alkitab renungan Renungan Kristen Rohani Post navigation
“–sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” 2 Korintus 57. Kata dalam bahasa Yunani yang digunakan Paulus di dalam 2 Korintus 57 adalah peripateo yang berarti melangkah berkeliling dari satu tempat ke tempat lain atau berjalan kaki. Hal ini dapat kita mengerti karena pada saat itu, Paulus melakukan pelayanan dengan berjalan kaki menuju ke Palestina, Asia Kecil, dan beberapa kota di Eropa. “Peri” berarti berkeliling, dan “pateo” berarti melangkah. Apakah kita perlu berjalan dengan iman? Paulus menggunakan istilah hidup karena percaya iman. Kita hidup dengan apa yang kita ketahui, dan bukan dengan apa yang kita lihat. Manusia memiliki lima indra penglihatan, perasa, peraba, penciuman, dan pendengaran. Namun, ada indra keenam yang hampir pasti dimiliki oleh semua manusia perasaan rohani yang dengannya kita berkomunikasi dengan Allah. Saya tidak melihat, menyentuh, merasa, mencium, atau mendengar Allah, tetapi saya sudah pasti berkomunikasi dengan-Nya. Komunikasi ini pasti terjadi karena kita memiliki roh yang bersatu dengan Roh-Nya. “Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”1 Kor. 213-14. Paulus membandingkan perasaan rohani dengan perasaan fisik yang ia miliki, “Tetapi seperti ada tertulis “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah”1 Kor. 29-10. Memang ada saat-saat di mana hubungan manusia terputus dari hubungannya dengan Roh Allah. Sebaliknya, segera setelah manusia menerima keselamatan–kita “dilahirkan kembali,”–kita kembali terhubung dengan Allah yang menjadi penuntun dan penolong dalam kehidupan kita. Pada titik itu, kita mulai mendengar dan mengerti apa yang dikatakan Allah kepada kita. Kita mulai melihat kehidupan dari sudut pandang ilahi-Nya ketimbang melihat terbatas hanya kepada sudut pandang manusiawi saja. Ilustrasi Berjalan Dengan Iman Ada kisah mengenai seekor kijang di Afrika yang mampu melompat setinggi 3 meter dan melewati jarak hampir 9 meter. Namun, binatang ini dapat dengan mudah dikurung di dalam kebun binatang yang dikelilingi oleh pagar-pagar tertutup dengan tinggi tak lebih dari 1 meter. Harusnya mereka dapat dengan mudah melompati pagar itu untuk lari bukan? Namun, pada kenyataannya mereka tidak akan melompat jika mereka tidak dapat melihat di mana mereka akan mendarat. Mereka tidak mengetahui bahwa bumi ini sama di luar maupun di dalam pagar. Akibatnya, mereka akan terus terkurung di dalam kandang karena terbatas hanya pada apa yang mereka lihat. Mungkin kisah di atas bisa menjadi contoh perbedaan antara penglihatan manusiawi dan penglihatan rohani. Secara manusia, mungkin kita tidak dapat melompati tembok masalah–karena kita tidak tahu pasti di mana kita akan mendarat nantinya. Namun, dengan indra rohani kita, kita dapat memutuskan untuk melompati tembok masalah itu. Kita tidak tahu ada apa dibalik tembok itu, namun kita yakin karena Allah telah melihatnya. Ia tidak akan pernah memanggil kita untuk pergi ke tempat atau melakukan sesuatu yang tidak benar. Apakah itu beberi kita mengabaikan akal sehat kita? Lantas apa gunanya kelima indra kita yang lain itu? Jawabannya tentu saja tidak. Allah memberikan kita kelima indra itu sebagai penerima–pintu gerbang informasi ke dalam kehidupan kita. Inti dari berjalan dengan iman adalah berjalan dengan tidak dibatasi oleh informasi-informasi itu. Berjalan dengan iman juga bukan berarti hidup irasional atau tanpa pertimbangan, melainkan berjalan dengan menambahkan sudut pandang Allah ke dalam sudut pandang kita. Pertimbangan ilahi ini yang melampaui pertimbangan manusiawi kita. Saya akan menceritakan kisah lain yang memudahkan pemahaman kita. Ada sebuah peristiwa kebakaran di daerah New York, Amerika. Kebakaran ini terjadi di sebuah apartemen bertingkat di mana seorang anak perempuan yang buta sedang berada di jendela lantai empat gedung tersebut. Sayangnya, keadaan yang tidak memungkinkan memaksa anak itu harus lompat ke bawah agar dapat selamat. Para petugas pemadam kebakaran datang dengan sebuah jaring raksasa dan menyuruh anak perempuan tersebut untuk lompat ke jaring–jaring yang tidak dapat dilihatnya. Tentu saja anak itu terdiam di pinggir jendela, di mana api mulai merambat ke sekitarnya. Tiba-tiba ayah dari anak perempuan ini tiba di bawah dan langsung berteriak kepada putrinya. Ia mengatakan bahwa ia ada di bawah sana menunggu sang anak melompat. Saat itu adalah saat yang paling tidak masuk akal bagi seorang anak buta untuk melompat–namun ia melompat juga. Dengan tenang ia melompat dan tiba di jaring tanpa terluka sedikit pun. Lantas, apa yang mengubah situasi itu? Mungkin hanya suara sang ayah yang ia kenal. Suara yang ia percayai sepenuhnya suara ayahnya yang selalu inginkan yang terbaik bagi dirinya. Ketika ia percaya akan hal ini, semuanya berubah drastis. Mungkin ia sudah mati terbakar bersama dengan gedung itu, namun kini ia tetap hidup. Yang tidak masuk akal menjadi masuk akal ketika ia menambahkan sudut pandang kepercayaan kepada bapanya. Terkadang kita seperti anak perempuan yang buta itu. Ia benar-benar buta, seperti kita yang terdiam di salah satu sisi kehidupan, tidak melakukan apa pun yang tidak dapat kita lihat atau apa yang tidak kita mengerti. Hanya ketika kita percaya kepada suara Bapa, barulah kita memiliki kemampuan untuk tenang dan mengetahui bahwa kita akan aman. Ia dapat menjelaskan bahwa meski pun kita tak melihat, ada sesuatu yang indah di sana. Namun, kita harus berjalan melaluinya meski pun rasanya tidak mungkin atau terlalu beresiko. Itulah yang disebutkan berjalan dengan iman. Siapkah teman-teman berjalan maju? Berjalan dengan Iman pada Tuhan Allah? Recommended for you
ilustrasi berjalan bersama tuhan